Islam YES, LGBT No dan No juga Zalimi LGBT

Islam adalah agama rahmat.

Pengutusan Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah Islam dinyatakan secara jelas dalam al-Quran bermotifkan rahmat kepada seluruh alam. Dan tiadalah Kami mengutuskan engkau (wahai Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam (al-Anbiya’ : 107)

Bahkan sejahtera dan damai yang menjadi maksud literal kepada perkataan Islam itu sendiri, sudah mencerminkan mesej amannya kepada umat manusia.

Nabi Muhammad SAW dalam mesej dakwahnya kepada pembesar-pembesar Rom dan Parsi yang dihantar melalui surat baginda, merekodkan seruan bernada hikmah ‘masuklah kamu ke dalam Islam nescaya kamu akan selamat.’

Justeru apa sahaja jenis kekerasan dan keganasan tidak pernah dibenarkan dijustifikasi atas nama Islam walau kepada siapapun. Penerimaan terhadap risalah Islam dibuktikan melalui catatan sejarah, bukan berteraskan peperangan dan kekerasan tetapi ajakan dakwah dan contoh tauladan.

Serangan tembakan terhadap komuniti LGBT di Orlando, walau dilakukan atas motif dan tujuan apapun, tidaklah mewakili ajaran Islam sebenar.

Kebencian kepada sesuatu golongan atas alasan apapun, tidak sesekali memberi lesen untuk melakukan kezaliman kepada mereka. “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan.” (Al Ma’idah: 8).

Namun simpati dan empati ini bukan bererti menjustifikasi perlakuan yang bercanggahan syariat.
Bagi muslim, Islam bukan hanya difahami secara literal sebagai agama selamat dan sejahtera, tetapi turut difahami sebagai perinsip penyerahan diri dan kepatuhan kepada perintah dan larangan Allah.

Kedatangan Islam membebaskan manusia dari kegelapan jahiliyah, kezaliman kekufuran dan syirik. Segala macam cara hidup dan aturan sosial yang bercanggahan dengan syariat Islam dibersih dan dimurnikan. Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). (al-Baqarah : 257)

Bagi mereka yang melakukan maksiat dan khilaf dalam mentaati syariat, harus terus disantuni, dibimbing, dinasihati dan ditetapkan hukuman jika perlu. Tiap-tiap manusia berhak mendapatkan nasihat dan bimbingan dalam kehidupan.

Serangan keganasan, penindasan, kezaliman atas nama apapun oleh sesiapapun mesti dihentikan. Kami bersolidariti untuk kedamaian dan kesejahteraan. Bersolidariti juga untuk kehidupan berteraskan syariat. Katakan Tidak Kepada Perlakuan LGBT. Dekati Mereka Untuk Dibimbing dan Dinasihati.

Dan, jangan ada pihak tertentu sengaja mahu mengecat hitam imej Islam dan muslim keseluruhan, walaupun bukan muslim sebenar yang melakukan serangan tembakan terhadap LGBT.

Muslim hakiki tak lakukan perbuatan zalim terhadap haiwan, apa lagi terhadap manusia.
lgbt
The image has since gone viral on Facebook, gathering more than 7,000 “likes” after being shared by writer Saleem Haddad.

In the post, Haddad wrote:

“My heart goes out to the victims of the homophobic attack in Orlando. So here is a photo of three Arab men in drag. Because f— homophobia and f— Islamophobia, and f— the hypocrites who use one to justify the other. You all have blood on your hands. And if this photo offends you, you have blood on your hands too.”

One thought on “Islam YES, LGBT No dan No juga Zalimi LGBT

  1. Masalahnya tafsir agama itu tidak tunggal. Masih ada kok ahli agama yg membolehkan LGBT, hanya karena mayoritas menganggap LGBT itu salah, bukan berarti mayoritas itu benar. Mana yg diyakini kebenarnnaya, ya terserah yg meyakininya, gak bisa dipaksakan.

    Kebenaran dunia itu hanya sebatas tafsir penguasa, siapa yg berkuasa, dialah yg menafsirkan kebenaran dunia itu. Kebenaran yg hakiki hanya milik Tuhan.

    Oleh karena itu mayoritas jangan merasa paling benar sendiri dan memaksakan kebenarannya pada minoritas, apalagi sampai melakukan diskriminasi dan penumpasan terhadap minoritas. Bukankah agama Islam itu Rahmatan Lil alamin, mestinya mengayomi semua orang, termasuk LGBT, karena LGBT juga belum tentu salah (beda tafsir bro..)

    Soal dosa atau tidak, tidak perlu mayoritas mengurusi, selama LGBT tidak mengganggu dan merugikan org lain. Itu hak Tuhan, jangan sampai manusia seloah menjadi Tuhan, Lebih baik energy masyarakat Indonesia dipakai untuk mengurusi hal hal yg secara langsung bermanfaat bagi kehidupan rakyat dan konsen juga terhadap hal hal yg jelas jelas merugikan rakyat ( spt korupsi dll) daripada ngurusi urusan seks. Sehingga kehidupan yang Rahmatan Lil Alamin bisa terwujud.

    Kalau sibuk terus ngurusi urusan seks yg merupakan wilayah pribadi, ya kapan Rahamatan Lil Alamin bisa terwujud. Kalau merasa paling benar sendiri dan memaksakan kebenarannya pada pihak lain dan tidak bisa menghargai pihak lain yg beda paham, ya konflik akan terus berkepanjangan.

    Kenapa rakyat Indonesia tidak bisa belajar dari negara lain yg lebih damai tentram makmur, dimana rakyatnya sangat menghargai perbedaan. Mereka tidak memaksakan kebenarnanyanya walaupun tidak setuju dengan paham pihak lain.

    yang penting prakteknya bisa nggak menghargai pihak lain yg beda paham, jangan cuma sekedar teori saja, tapi gak pernah dilaksanakan, Karena masih dapat dilihat di masyarakat, bagaimana hujatan, makiian, cacian, ucapan ucapan ancaman betebaran dimana mana, Apakah ini yg namanya menghargai perbedaan. Yang ada malah menganggap perbedaan itu sebagai hal yg sesat, dan sesat itu bathil, sehingga bathil itu harus dibenci dan kalau perlu ditumpas pas…

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.